Bagaimana Kabar Dunia Travel setelah COVID-19 Usai Nanti?

Sumber gambar di sini.
Titik terang usainya pandemi COVID-19 di seluruh dunia masih abu-abu. Walaupun Singapore University of Technology and Design (SUTD) sudah melakukan riset tentang prediksi akhir dari wabah ini, namun angka-angka yang ditampilkan belumlah tanggal valid. Ya, seperti klaim yang tertera dalam situsnya, riset tersebut hanya dikhususkan untuk tujuan pendidikan dan penelitian lanjutan, dan tidak terlepas dari kesalahan (error).
CEO Boeing Company, satu dari dua perusahaan pesawat terbang terbesar di dunia, Dave Calhoun, sudah memberi tahu para pemegang saham Boeing bahwa dampak coronavirus bagi bisnis mereka akan terasa hingga tahun 2023 dan mungkin beberapa tahun berikutnya. Dalam rubrik Seattle Times, bahkan, perusahaan raksasa tersebut juga sudah meminta para pekerjanya untuk secara sukarela meninggalkan atau mengundurkan diri dari Boeing karena alasan tersebut.
Calhoun juga memaparkan meskipun nantinya pasar penerbangan komersil sudah stabil, jumlahnya tak akan sebesar tahun yang sudah berlalu. Dan lagi, ia memprediksikan jika permintaan dan kebutuhan pasar akan berubah. Hal ini selaras dengan prakiraan reporter CNN tentang dunia travel pasca COVID-19. Dalam artikel yang dipublikasikan akhir bulan Maret silam itu, diperkirakan bahwa perubahan dunia travel, khususnya dengan pesawat terbang, akan seperti berikut:
Konsumen akan mencari tiket pesawat dengan harga murah dan armada yang lowong
COVID-19 mengajarkan semua orang bahwa menjaga jarak adalah salah satu tindakan preventif paling baik untuk menjaga imunitas tubuh saat pandemi virus ini. Oleh karena itu, Christopher Anderson, profesor bisnis di Cornell University’s Hotel School, mengatakan nantinya pengguna jasa penerbangan akan merasa lebih nyaman saat bepergian dengan armada pesawat yang lowong. Ia juga berargumen kalau ingin mengembalikan keadaan pascakrisis ini, maskapai harus mau terbang dengan kondisi seluruh kursi tengah dalam pesawat dikosongkan, serta harga tiket yang jauh lebih murah daripada harga musim panas lalu.
Penumpang dengan keperluan bisnis adalah penyelamat bisnis maskapai
Jumlah pelancong mungkin akan turun drastis hingga beberapa tahun yang akan datang. Namun, diperkirakan pelancong dengan tujuan bisnis akan terus ada. Maka dari itu, Anderson percaya jika mereka inilah yang akan ‘menyelamatkan’ bisnis maskapai dari kebangkrutan berkepanjangan. Sebab, meski selama beberapa bulan di tahun 2020 pebisnis sudah terbiasa melakukan meeting secara virtual, pada suatu ketika nanti, kebutuhan bertatap muka dengan kolega akan tetap ada.
Mungkin memang benar adanya jika Bumi butuh beristirahat sejenak dari aktivitas perpindahan manusia yang sudah terlalu tinggi. Sehingga, dunia travel butuh direhatkan selama beberapa tahun. Akan tetapi, harapan agar situasi ini segera membaik tentu tak bisa kita abaikan, bukan? (AP)